Kemudian mengangkat saya sebagai salah satu murid utama. Hal ini bermula pada tahun 2009, setelah saya disembuhkan oleh Pinisepuh yang akhirnya nyungsung Ida Bhatara Lingsir Pasek Gelgel. Melalui bimbingan Pinisepuh, saya dititipkan untuk belajar sastra kepada sesuhunan yang saya sebut sekarang sebagai Hyang Maha Guru Bhatara Agung Mpu Kuturan.
Pada tahun 2009, sebelum mewinten sebagai pemangku, saya sudah mendapat amanah untuk melakukan Surya Sewana setiap pagi, di mana dalam aturan sastra hanya Sulinggih yang sudah medwijati yang boleh melakukan Surya Sewana.
Pada suatu Purnama, tahun 2009 mendapat restu dari Ida Bhatara Lingsir Hyang Pasupati atau Sang Hyang Paramaciwa melalui Pinisepuh dan mendapat paica pusaka Genetri yang tedun dari angkasa disaksikan Jero Sandat istri saya dan Ibu Marna yaitu salah satu pengayah di Puri.
Pada suatu malam dalam meditasi, menyaksikan sinar kuning emas dengan mata bhatin, sangat menarik dan akhirnya secara tidak sengaja telah masuk/tersedot ke dalam sinar tersebut. Setelah beberapa saat, Ida Bhatarai Ratu Niang Sakti menarik tangan saya keluar dari pusaran sinar tersebut seraya berkata: "Belum saatnya cening masuk ke sini". Kurang lebih demikian sabda Ida Bhatari.
Beberapa hari kemudian, Pinisepuh datang secara gaib dalam meditasi mengantarkan Ida Bhatari Durga dengan perwujudannya yang sangat seram. Tetapi Ida kemudian bersabda, diantaranya yang masih ingat: "... mulai sekarang ke pura manapun cening tangkil jangan takut, Nira melindungi...", besok saat bangun pagi, di cermin tampak wajah saya bersinar kuning tipis.
Setelah mendapat restu dari Ida di atas, banyak Ida Bhatara yang akhirnya juga merestui. Yang saya anggap merestui yaitu karena Ida sudah pernah 'ngeraosin'/bersabda atau beberapa kali ngeraosin'. Saat ini Sesuhunan yang saya sungsung adalah:
- Ida Bhatara Lingsir Hyang Pasupati/Hyang Paramasiwa (mepaica Genetri)
- Ida Bhatari Durga
- Ida Sang Hyang Sabdapalon/Hyang Sadasiwa
- Ida Mpu Kuturan (nedunang Amanah untuk menulis Ilmu Sangkan Paraning Dumadi/Rahasia Leluhur mencapai Moksha, buku sedang ditulis)
- Ida Mpu Bharadah
- Ida Mpu Gnijaya
- Ida Dalem Sidakarya
- Ida Bhatara Lingsir Kawitan Pasek Gelgel
- Ida Ratu Gede Dalem Ped
- Sang Ayu Mas Ajeg Bumi (Sakti dari Ratu Gede Dalem Ped)
- Ida Dalem Sida Karya
- Ida Bhatari Ratu Niang Suwabawa (Dewa Ayu Mas Melanting)
- Ratu Peranda Sakti Wau Rauh
- Ida Bhatara Indra
- Ida Bhatari Ratu Mas Magelung/Ibu Indraswari (Sakti dari Hyang Wisesa/Jayasabha)
- Ibu Dewi Yulan Manifestasi dari Ida Bhatari Ratu Mas Magelung
- Ibu Dewi Maheswari/Sakti dari Ida Prabu Jayabaya
- Ibu Dewi Kwan Im (mepaica Uang Kepeng Simbol Feng Shui)
- Ida Ratu Subandar (mepaica Tongkat Rejeki)
- Ida Dewa Bumi (Nedunang Amanah untuk menulis Ilmu Kaweruh Astha Bumi yaitu pengetahuan 8 arah yang membuat masnusia hidupnya gemah limpah loh jinawi, menunggu waktu untuk menulis).
- Ida Dewa Kwankong
- Ida Dewa Ganesha
- Ida Naga Basuki
- Ibu Dewi Rohini (Goa Lawah)
- Ida Bhatari Hyang Giriputri
- Ida Bhatari Ratu Niang Ayu (Okan Ida Ratu Niang Sakti ring Pura Dalem Pengembak Sanur)
- Ida Ratu Bagus Ketut (Dewa Rare Angon)
Pada tahap-tahap awal, tidak mempercayai bahwa sudah mendapat anugrah mampu mendengar pawisik Ida di bhatin hingga diberi kesempatan untuk menjadi semacam Balian di Puri selama enam bulan pada tahun 2010. Setiap yang tangkil, membawa pejati dan setelah dilukat, orang yang sakit mendapat petunjuk yang tertentu, dan yang masih lekat dalam ingatan adalah:
Seorang Ibu dari Tabanan datang dan mengeluh bahwa sudah lama sakit dan sudah ke dokter atau ke balian, tetapi sakitnya tidak kunjung sembuh. Setelah melukat, salah satu Ida Bhatara, karena belum bisa melihat, belum tahu Ida mana yang ngeraosin, dan ternyata Ibu tersebut sakit dikarenakan pernah keguguran tetapi tidak melakukan upacara tertentu. Karena tidak PD, ia kalau benar begitu pikir saya waktu itu, akhirnya saya bertanya: "Ibu sudah punya anak?" Ibu itu menjawab sudah. "Waktu punya anak lancar?". Anak pertama saya keguguran pada umur tujuh bulan dan tidak ada upacara apa-apa, katanya. Ibu tersebut akhirnya sembuh.
Satu lagi yang berkesan dalam ingatan, seorang bapak datang menyeret-nyeret kakinya dan tampak sakit sekali. Setelah pelukatan, mendapat raos: "Ning, Nira Ratu Niang, Ia ngelinggihang Nira tapi sing seken...", masih dengan keraguan saya bertanya: "Pak punya warung ya?", "Ndak...", jawabnya. waduh!! malu saya. Pada umumnya yang ngelinggihang Ida Bhatari Ratu Niang Sakti adalah yang punya warung atau usaha. Bapak ini pensiunan! "Katanya Bapak pernah ngelinggihang Ratu Niang Sakti tapi tidak diperlakukan dengan benar.", harap-harap cemas akhirnya Ia menjawab: "Oh iya dulu saya punya warung betutu, tapi tutup, sekarang dikontrakkan kepada londry." Akhirnya, saya jujur katakan, saya ini pemangku baru dan tidak ngerti hal banten lalu disarankan untuk bertanya ke Grya Anyar Tanah Kilap, Perhyangan Ida. Untuk saat sekarang ngaku agem/janji saja dulu mau urus, kata saya waktu itu.
Besoknya, saking gembiranya, Bapak tersebut datang sama keluarganya dan sudah berjalan dengan normal seraya tersenyum. Saat ini, karena sudah sembuh, satu keluarga menjadi pengayah di Puri.
Banyak pengalaman seperti di atas pada saat-saat latihan komunikasi. Setelah dianggap lulus oleh Pinisepuh, saya tidak lagi boleh melakukan kegiatan sebagai balian dan meneropong. Dalam amanah Pinisepuh mengatakan bahwa pada Jaman Kali, manusia harus menghindari tenung sebab akan mengganggu alam semesta.