Minggu, 29 November 2009

Konsep tujuan akhir kehidupan

Ada keadaan dimana tidak ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, tidak ada udara, tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak terbatasan kesadaran, tidak ada dasar dari kekosongan, tidak ada dasar yang terdiri dari bukan presepsi dan tidak bukan presepsi, tidak ada dunia ini atau dunia lain ataupun dua dunia itu, tidak ada matahari atau rembulan, di sini saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tertinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan, tidak terpancang, tidak dapat di gerakkan, tidak mempunyai penyangga, inilah akhir dari penderitaan.

Yang tidak terpengaruh sulit untuk diketahui, kebenaran tidak mudah dilihat, nafsu keinginan akan ditembus oleh orang yang tahu, tidak ada penghalang bagi orang yang melihat.

Ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak. Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, kemunculan dari sebab yang lalu, tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, yang mutlak, maka ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Bagi yang ditopang, ada ketidakstabilan, bagi yang tidak ditopang, tidak ada ketidak stabilan. Bila tidak ada ketidakstabilan ada ketenangan, tidak ada sikap takluk, bila tidak ada sikap takluk tidak ada datang dan pergi, dan bila tidak ada datang dan pergi tidak ada kematian dan kemunculan, bila tidak ada kematian dan kemunculan, tidak ada disini atau diluar sana, ataupun di antara keduanya. Inilah akhir dari penderitaan.

Budha mengajarkan bahwa tujuan dari pembebasan adalah mencapai Nibana. Arti dari Nibana dalam sanskerta : Nirvana Nir : nis, tidak ada, lenyap atau habis, dan va :meniup.
Jadi arti dari nibana/nirvana adalah suatu keadaan atau kondisi padamnya nafsu keinginan dan bukan merupakan alam atau tempat Tuhan.

Sang Budha berbicara kepada saya, bahwa semua yang diperbuat dan dialami seseorang pada masa sekarang, baik hal yang baik maupun buruk, bukan merupakan kehendak Tuhan, yang mengakibatkan seseorang tidak memiliki kehendak bebas, hanya akan menjadi boneka yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan menjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri.

Dan saya membuat suatu pertanyaan seperti puisi kepada sang Budha:

Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan, mengapa Brahma itu tidak menciptakan secara baik?

Bila kekuatannya demikian tak terbatas, mengapa tangannya begitu jarang memberkati?
Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata?

Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidaktahuan merajalela?

Mengapa memenangkan kapalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal?
Saya menganggap, Brahma adalah ketidak adilan yang membuat dunia yang diatur keliru.

Sang Budha bersabda, sesuai dengan benih yang kita tabur, begitulah buah yang akan kita petik. Pembuat kebajikan akan memperoleh kebahagian dan pembuat kejahatan akan memperoleh penderitaan.

Sang Budha juga berkata, setiap individu memungkinkan untuk mencapai pencerahan. Pertapa tidak serta merta disebut sebagai Brahmana dan gembala tidak dapat diartikan sudra, namun ia yang mempelajari dengan tekun ajaran Dharma adalah kaum Brahmana.

Demikianlah pitutur-pitutur dari sang Budha kepada saya agar seseorang yang membaca pencerahan ini, lebih mengerti tentang dharma itu sendiri. Jadi mencapai pembebasan dari penderitaan adalah merupakan usaha diri sendiri bukan karena pemberian Tuhan.

Om Nama Siwa Budha Ya Namah.

Sumber: Pinisepuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar