Senin, 10 Agustus 2009

Pelinggih Leluhur di Pura Besakih

Selama ini saya bersembahyang di pura kahyangan jagat Besakih adalah hanya di areal pura Pedharmaan, Penataran Agung dan di pelinggih Ida Betara Ratu Syahbandar saja. Namun ternyata ada beberapa Pelinggih yang sangat penting yang belum saya ketahui. Setelah saya bertemu dengan Pinisepuh Paguyuban Dharma Giri Utama, yang kebetulan pada suatu waktu kami tangkil ke pura Besakih malam hari, di sana saya minta dijelaskan siapa saja para Leluhur yang melinggih di Pura Besakih ini, dan pelinggih mana yang orang umum boleh sembahyang. Walau tidak sempurna saya menangkap penjelasan yang begitu detil, tetapi semoga penjelasan sederhana berikut bermanfaat untuk anda yang belum tahu.

Yang ada tanda adalah pelinggih-pelinggih umum.


Penjelasan gambar:
A. Ida Betara Prabu Jayabaya bergelar juga Ratu Dalem Majapahit.
B. Bambu yang sangat dikeramatkan
C. Ida Betari Maheswari
D. Ida Betari Ratu Mas Magelung
E. Ida Betara Prabu Jayasabha
F. Ida Betara Ratu Syahbandar
G. Areal pelinggih Pratima Majapahit
H. Penataran Agung

Asal Muasal Pedharmaan
Pedharmaan adalah pelinggih Leluhur dari masing-masing soroh atau pelinggih dari masing-masing Kawitan. Akan tetapi tidak semua soroh Kawitan mempunyai tempat di areal Pedharmaan. Pedharmaan ini ada di areal Pura Besakih karena waktu jaman pembangunan Pura Besakih, para Leluhur matur ayahan atau bekerja gotong royong untuk membangun Pura Besakih. Masing-masing Pedharmaan yang ada sekarang tersebut dulunya adalah tempat mondok atau tempat tinggal waktu ngaturang ayah. Setelah masa pembangunan pura selesai maka tempat mondok tersebut dibangun pelinggih-pelinggih untuk Soroh atau Kawitan masing-masing sebagai penghargaan telah ikut ngaturang bakti membangun pura Besakih pada saat tersebut.

Penjelasan Denah Pura
Ciwa-Budha sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan atau isme yang kemudian pada tahun 1961 kita kenal sebagai Hindu-Budha yang diresmikan sebagai Agama oleh pmerintah yang berkuasa pada waktu itu, mempunyai konsep pemujaan terhadap Leluhur. Singkat kata, karena Majapahit adalah Leluhur tertua manusia Bali, di luar Bali Aga, seperti telah disimbolkan dengan adanya Sanggah Seluwang di Mrajan masing-masing, maka, pelinggih Ida Prabu Jayabaya atau Ratu Dalem Majapahit adalah satu Pelinggih yang semestinya umat boleh ngaturan sesajen atau banten. Ngaturang banten atau sekedar ngaturang canang dalam pengertian bahwa, sama halnya dengan hormat kita dengan Ida Betara Kawitan. Dan Beliau adalah juga Ida Betara Kawitan kita sebagai umat Ciwa Budha di Bali. Dan Ida Betara Maheswari adalah permaisuri dari Ida Betara Prabu Jayabaya.

Di antara kedua pelinggih tersebut ada Bambu yang dikeramatkan karena pada waktu-waktu tertentu bambu tersebut mengeluarkan sinar. Menurut Pinisepuh, Agung Yudistira, Bambu keramat ini adalah tempat yang sangat baik untuk melakukan permohonan atau nunas ice. Tidak ada keterangan lebih jelas dari Bambu tersebut tapi boleh untuk nunas ica. Jangan lupa sandal dibuka waktu naik areal tersebut karena tanahnya sangat suci dan berenergi sangat bagus.

Ida Betari Ratu Mas Magelung Beliau mempunyai banyak nama. Beliau ini menurut Pinisepuh adalah Ida Betari yang sangat welas asih dan mempunyai banyak perwujudan. Beliau kalau melinggih di danau disebut juga Ibu Dewi Ulun Danu dan Kalau di pantai selatan wujudnya adalah Ratu Roro Kidul kalau dalam Budha Beliau adalah Ibu Dewi Kwan Im yang melindungi umat manusia. Dalam sejarah Budha, Ibu Dewi Kwan Im dianggap belum mencapai mokhsa menjadi Budha karena ingin memperhatikan umat manusia terlebih dahulu. Juga diberitahukan oleh Pinisepuh kalau maturan di Pelinggih Ida Betari Ratu Mas Magelung yaitu aturan vegetarian, tanpa daging, ikan dan telor atau kue-kue yang tidak mengandung bahan tersebut.

Ida Prabu Jayasabha adalah saudara dari Ida Prabu Jayabaya. Ida Prabu Jayasabha disebut juga Sang Hyang Wisesa. Beliau juga adalah Avatara dari Dewa Indra atau titisan dari Dewa Indra. Tidak banyak penjelasan yang diberikan mengenai Beliau ini akan tetapi dalam sejarah Kerajaan dari keturunan Beliau, Majapahit dianggap belum runtuh yang mana menurunkan Brahmaraja Hyang Suryo Wilatikta yang masih ada sampai sekarang dan tinggal di Puri Majapahit Trowulan.

Ida Betara Ratu Syahbandar adalah perwujudan Budha yang melinggih di Besakih. Beliau dikenal sebagai Ida Betara yang menguasai ekonomi, perdagangan dan kekayaan sehingga menjadi tempat pavorit saya juga kalau maturan di pura Besakih. Persembahan kepada Beliau adalah banten vegetarian, tanpa daging, ikan dan telor atau kue-kue tidak mengandung bahan tersebut. Jadi umat silahkan juga untuk mulai maturan di Pelinggihan Beliau Ida Betara Ratu Syahbandar kalau belum pernah. Sebagai umat pastilah kemajuan ekonomi adalah menjadi prioritas dan sebagai saran mohonlah juga restu pada Beliau Ida Betara Ratu Syahbandar dan Juga Ida Betari Ratu Mas Magelung.

Areal pelinggih Pratima Majapahit, adalah gedong simpen untuk pratima yang disakralkan oleh umat Hindu-Budha. Adalah salah satu bukti bahwa umat Siwa-Budha berasal dari Kawitan Majapahit. Karena tempat ini sangat sakral dan mempunyai vibrasi prana yang sangat besar mohon umat bertanya pada pemangku sebelum ngaturang canang raka di areal pelinggih ini. Jangan sampai kena sisip atau apa yang disebut dengan tulah.

Di Penataran Agung, di areal ini melinggih Ida Betara Lingsir Sang Hyang Pasupati, yang merupakan manifestasi dari Brahma, Wisnu dan Iswara. Pengayatan juga ke pura Semeru, Lumajang, Jawa Timur, di mana Ida Betara Lingsir Sang Hyang Pasupati yang berstana atau melinggih di sana. Sang Hyang Pasupati adalah Beliau Yang Maha Tinggi Ciwa Raditya, Acintya dan sebutan lain Ida Sang Hyang Widi Wasa, Sang Hyang Peramakawi dan lain-lainnya.

Penulisan ini hanyalah gambaran umum saja dan merupakan salah satu bagian dari perjalanan spiritual saya dalam lingkup mengenal asal-usul dan sejarah Para Leluhur. Tulisan ini saya anggap yang paling berguna karena merupakan pengetahuan Pura Terbesar yang di sungsung oleh masyarakat Bali dan umat dunia karena merupakan Pura Kahyangan Jagat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar